Bendung Katulampa
Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan ini di bangun pada tahun 1911 dengan tujuan sebagai peringatan dini atas air yang sedang mengalir ke Jakarta serta sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektare yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung.[1]. Pada saat musim hujan, bendung ini bisa dilewati air dengan rekor debit 630 ribu liter air per detik atau ketinggian 250 centimeter yang pernah terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007, dan 2010.
Sejarah.
Proyek pembangunan bendungan ini dimulai pada 16 April 1911
dan selesai pada awal Oktober 1912, sebelum akhirnya diresmikan penggunaannya
pada 11 Oktober 1912. Total biaya yang dikeluarkan 80.000 gulden. Bendungan
yang juga hasil karya Ir. Hendrik van Breen ini memiliki panjang total 74 m,
dengan 5 inlaatsluis (pintu untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3
spuisluis (pintu untuk menahan air, jika volume air berlebihan dan mengancam
kawasan bawah), dengan lebar masing-masing pintu 4 m. Disebutkan, selain untuk
pengendalian banjir bendungan ini juga memiliki fungsi sampingan sebagai sistem
irigasi. Berkat bendungan ini sebanyak 10.000 bouw sawah (orang Jawa
menyebutnya bau, 1 bouw ekuivalen dengan 0,7 hektar) dapat diairi melalui Oosterslokkan
(Kali Baru).
Kanal Oosterslokkan ini sebelumnya telah dibangun pada abad
ke-18 atas prakarsa Gubernur Jenderal Baron van Imhoff. Saluran air ini
mengalir dari sini melintasi Weltevreden (Menteng). Sebelumnya kanal ini
dimaksudkan untuk lalu lintas pelayaran ke pedalaman (ke arah Bogor). Bukan
hanya Gubernur Jenderal Baron van Imhoff, tetapi juga Gubernur Jenderal
Daendels telah mempunyai rencana untuk menggali kanal untuk pelayaran ke
pedalaman. Namun untuk itu diperlukan banyak sekali schutsluizen (konstruksi
kanal yang memungkinkan kapal bisa naik ke kawasan lebih tinggi, dengan cara
membendung air sampai kapal terangkat setingkat demi setingkat, dan
sebaliknya).
Betapa penting Bendungan Katulampa ini bisa dilihat dari
siapa yang meresmikan. Tak tanggung-tanggung, Gubernur Jenderal Alexander
Willem Frederik Idenburg, didampingi para pejabat penting masa itu. Mereka
antara lain Kepala Insinyur Negara Roos, Ir. Van Dissel, Ir. Hendrik van Breen,
pengawas Leuwiliang dan Bogor, anggota dewan Ebbink, adminsitrator D. Veenstra
(Ciluar), Mulder (Kedung Halang), Valette (Pondok Gede), Sol (Ciomas), Residen
Batavia, Asisten Residen (setingkat wedana) Bogor, dan para patih Bogor,
Batavia dan Meester Cornelis (sekarang Jatinegara). Peresmian bendungan tersebut
dimeriahkan dengan gamelan dan tari-tarian, serta upacara selamatan dengan
kepala kerbau.
Bendung Katulampa mulai dioperasikan pada tahun 1911, akan
tetapi, pembangunannya sudah dimulai sejak 1889, sejak banjir besar melanda
Jakarta pada 1872. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elit Harmoni ikut
terendam air luapan Sungai Ciliwung. Dari Katulampa, sebagian air Ciliwung
dialirkan lewat pintu air ke Kali Baru Timur, saluran irigasi yang dibangun
pada waktu yang sama. Dari Bogor bagian timur, sungai buatan itu mengalir ke
Jakarta, di sepanjang sisi Jalan raya Bogor, melalui Cimanggis, Depok,
Cilangkap, sebelum bermuara di daerah Kali Besar, Tanjung Priok, Batavia. Air
Kali Baru Timur dulu dipakai untuk mengairi sawah yang banyak terdapat di daerah
antara Bogor dan Jakarta.
"Het was hoogst noodig dat deze permanente dam tot
stand kwam, nu kan Weltevreden geregeld spuiwater krijgen en de kans op groote
overstroomingen te Batavia is vrijwel uitgesloten. Adalah sangat perlu
bendungan permanen ini direalisasikan, kini Weltevreden (Menteng) bisa secara
teratur memperoleh pengairan dan peluang banjir besar di Batavia nyaris
tertutup," (Bataviaasch Nieuwsblad, 12 Oktober 1912).
Sampai tahun 1990, areal persawahan di Bogor dan Jakarta
masih banyak, yakni 2.414 hektare. Namun kini sawah hampir habis. Hanya Bogor
dan Cibinong yang masih memiliki 72 hektar sawah, sementara Jakarta sama sekali
habis. Sehingga fungsi irigasi Bendung Katulampa bisa dikatakan sudah berakhir
akibat punahnya areal persawahan di Bogor dan Jakarta.[3]
Fungsi irigasi dan sistem informasi dini banjir.
Sistem irigasi Oosterslokkan ini merupakan sistem irigasi
tertua yang dibangun oleh Belanda di bumi Nusantara, khususnya Pulau Jawa,
sekaligus sebagai sistem irigasi sangat signifikan. Sebelumnya, raja-raja yang
berkuasa di Nusantara belum ada yang membangun sistem irigasi sedemikian rupa.
Hanya ada saluran-saluran air kecil dari sumber air di pegunungan atau
perbukitan yang dibuat untuk mengairi sejumlah terbatas sawah-sawah di lembah
dan sepanjang kaki pegunungan.
Dalam literatur dan inskripsi Jawa juga tidak pernah
disebutkan mengenai karya irigasi pada skala sangat bermakna. Semua saluran air
yang signifikan berasal dari era Belanda memantapkan kekuasaannya, terutama
dari zaman Cultuurstelsel atau sistem tanam paksa. Saluran irigasi dari
bendungan ini mempunyai kapasitas maksimum sekitar 6.000 liter per detik.
Fungsi sistem informasi dini banjir.
Fungsi lain dari bendungan Katulampa adalah sebagai sistem
informasi dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki
Batavia/Jakarta. Data mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini
memperkirakan bahwa sekitar 3 - 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok.
Selanjutnya di Bendung Depok ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta
sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran Sungai Ciliwung
sudah dapat mengantisipasi sedini mungkin datangnya air banjir yang akan melewati
daerah mereka.
Semua catatan ini lalu dilaporkan lewat telepon ke berbagai
pihak yang berkepentingan. Mereka antara lain Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta,
pos pemantau ketinggian air Ciliwung di Depok, dan petugas Pintu Air Manggarai,
dan Pemerintah Kota Bogor. Selanjutnya informasi tersebut disebarluaskan
melalui media elektronik, seperti televisi, radio dan online (internet).
Saat ini telah dikembangkan aplikasi Jakarta Food Alert
berbasis Android, yang bisa diunduh gratis di http://siagabanjir.org/en/,
sehingga masyarakat bisa langsung mendapatkan data dan informasi banjir secara
live dan up-to-date.
Kesalahpahaman mengenai fungsi.
Katulampa tidak memiliki kemampuan menahan dan membuka-tutup
pintu air yang rentan disalahpahami dan menimbulkan kepanikan.[4] Saat banjir
Jakarta 2013, beberapa kabar buruk beredar mengenai pembukaan pintu air
Katulampa karena kelebihan kapasitas yang langsung dibantah dengan keras oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.[5]
Kerusakan Fasilitas Pemantau.
Awalnya telah dibangun sistem pemantauan kondisi Bendung
Katulampa melalui pesan singkat di telepon genggam, sehingga masyarakat bisa
memperoleh informasi mengenai Katulampa dengan cepat. Namun sistem ini
mengalami kerusakan selama Banjir Jakarta 2013. Hal ini diperparah lagi dengan
rusaknya fasilitas CCTV sehingga harus dilakukan pengamatan pandangan mata
langsung untuk bisa mengetahui ketinggian air.[6]
Referensi.
^ Peninggalan Kolonial yang Jadi Primadona Saat Hujan,
diakses dari situs berita Kompas
^ Katulampa Kirim 630 Ribu Liter Air per Detik, diakses dari
situs berita VivaNews
^ Sejarah Bendung Katulampa, diakses dari situs Bina
Masyarakat Peduli
^ Pak, Pintu Airnya Jangan Dibuka Semua, Pak!, Diakses dari
situs berita Kompas
^ BNPB Bantah SMS Jakarta Jadi Lautan, diakses dari situs
berita SindoNews
^ CCTV di Bendung Katulampa Rusak, Pemantauan Air Dilakukan
Manual?, diakses dari situs berita Detik
Referensi Lainnya
Ekspedisi Ciliwung, Laporan Jurnalistik Kompas, Mata Air,
Air Mata, Penerbit Buku Kompas, Juni 2009.
Sejarah Bendung Katulampa, Intisari Online, 21 Januari 2013.
Diakses 25 Nopember 2014.
Lihat pula
Bendung Depok
Pintu Air Manggarai
Kategori: Bendungan dan waduk di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar